Memahami Tujuan Menulis: Panduan Penting Bagi Penulis

Menulis bukan cuma soal merangkai huruf menjadi kalimat yang rapi. Lebih dari itu, menulis adalah seni menyuarakan ide, perasaan, bahkan keresahan yang ingin kita bagikan. Setiap kali pena menyentuh kertas atau jari menari di atas keyboard, kita sebenarnya sedang menyampaikan sesuatu: entah itu informasi, ajakan, pelajaran, atau sekadar hiburan.
Tapi, ada satu hal penting sebelum kita mulai menulis: menentukan tujuan. Kenapa? Karena tujuan adalah arah. Ia seperti kompas yang membimbing setiap kata agar tidak tersesat. Tanpa tujuan yang jelas, tulisan bisa saja berakhir berputar-putar tanpa arah. Apakah kita ingin memberi informasi? Meyakinkan orang lain? Mengajarkan sesuatu? Atau sekadar menghibur pembaca? Tujuan ini yang akan menggerakkan tulisan kita.
Mari kita bahas empat tujuan utama menulis yang paling sering ditemui.
1. Memberikan Informasi: Membuka Pintu Wawasan
Salah satu tujuan menulis yang paling mendasar adalah berbagi informasi. Tulisan jenis ini biasanya muncul dalam bentuk artikel berita, laporan, atau tulisan edukatif. Tapi, informasi yang baik bukan sekadar menumpuk data—ia harus mampu membuka wawasan pembaca.
Contoh sederhana: artikel tentang pola tidur.Banyak orang menganggap begadang hanya membuat tubuh lelah. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur bisa menurunkan daya ingat, melemahkan sistem imun, bahkan mempercepat penuaan dini. Fakta semacam ini, kalau disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami, bisa membuat pembaca lebih sadar untuk menjaga pola tidurnya.
Tulisan informatif semacam ini tidak hanya memperluas pengetahuan, tapi juga mendorong pembaca mengubah cara pandang atau kebiasaan mereka.
2. Membujuk: Dari Kata Menjadi Keyakinan
Ada kalanya menulis bertujuan memengaruhi. Jenis tulisan ini disebut persuasif. Di sini, penulis menggunakan logika, emosi, dan gaya bahasa yang kuat untuk menggerakkan pembaca.
Bayangkan sebuah tulisan tentang penggunaan plastik sekali pakai.Plastik memang praktis, tapi dampaknya luar biasa bagi lingkungan. Sampah plastik butuh ratusan tahun untuk terurai. Setiap kantong plastik yang kita buang bisa saja berakhir di laut, mengancam kehidupan ikan, penyu, hingga burung laut. Jika kita bisa menggantinya dengan tote bag atau wadah yang bisa dipakai berulang kali, bukankah itu langkah kecil yang berarti besar?
Tulisan persuasif seperti ini bukan sekadar memberi tahu, tapi juga menggugah hati pembaca untuk ikut bergerak.
3. Mendidik: Menyampaikan Nilai dan Pelajaran
Selain menginformasikan atau membujuk, menulis juga sering dipakai untuk mendidik. Tujuannya adalah membentuk cara pikir, menanamkan nilai, atau memberi inspirasi agar pembaca berkembang ke arah yang lebih baik.
Misalnya sebuah kisah tentang kegigihan seorang atlet.Seorang pelari mungkin pernah gagal berulang kali, jatuh di garis finis, atau cedera saat latihan. Namun, kegigihannya untuk terus bangkit dan mencoba lagi memberi pesan kuat: kegagalan bukan akhir, tapi bagian dari proses menuju keberhasilan.
Tulisan seperti ini mengajarkan pembaca bahwa kerja keras, kejujuran, dan tekad adalah nilai yang layak dihidupi. Mendidik lewat tulisan bukan soal menggurui, melainkan mengajak pembaca merenung dan menemukan makna.
4. Menghibur: Membawa Senyum di Tengah Kesibukan
Menulis juga bisa bertujuan menghibur. Dari cerita fiksi, anekdot ringan, hingga esai humoris—semua bisa menjadi penghibur yang efektif.
Contoh sederhana: cerita pendek tentang kejadian kocak di kereta.Seorang penumpang ketiduran, lalu baru sadar sudah kelewat tiga stasiun dari tempat turun. Alih-alih panik, ia justru tertawa bersama penumpang lain yang ternyata pernah mengalami hal sama. Kisah ringan seperti ini membuat pembaca merasa terhubung, sekaligus terhibur di sela kesibukan mereka.
Tulisan yang menghibur memberi jeda sejenak dari rutinitas dan membuat pembaca merasa lebih ringan. Dan bukankah itu juga tujuan mulia dari sebuah tulisan?
Menulis memang punya banyak wajah: bisa informatif, persuasif, mendidik, atau menghibur. Tapi apapun tujuannya, ada satu benang merah: menulis adalah jembatan antara pikiran penulis dan hati pembaca.
Jadi, sebelum mulai menulis, tanyakan dulu: tujuan apa yang ingin kita capai? Dari sana, kata-kata akan lebih mudah mengalir, dan tulisan pun lebih punya arah.
Karena pada akhirnya, menulis bukan sekadar soal kata-kata. Ia adalah seni, ekspresi, sekaligus cara kita terhubung dengan orang lain.
Posting Komentar